Responding paper kelompok 10.
Ajaran Budha tentang Bhavana / Meditasi
1. PENGERTIAN BHAVANA
Bhavana berarti pengembangan, yaitu
pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti
dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavana adalah samadhi. Samadhi berarti
pemusatan pikiran pada suatu obyek.
Samadhi yang benar (samma samadhi)
adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menghilangkan kekotoran batin
tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang baik, sedangkan samadhi
yang salah (miccha samadhi) adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat
menimbulkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma
yang tidak baik. Jika dipergunakan istilah samadhi, maka yang dimaksud adalah
“Samadhi yang benar”.
2. FAEDAH BHAVANA
Bhavana atau meditasi yang benar
akan memberikan faedah bagi orang bagi orang yang melaksanakannya.
Faedah-faedah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dari praktek meditasi itu
adalah :
1.
Bagi orang yang selalu sibuk,
meditasi akan menolong dia untuk membebaskan diri dari ketegangan dan
mendapatkan relaksasi atau pelemasan.
2.
Bagi orang yang sedang bingung,
meditasi akan menolong dia untuk menenangkan diri dari kebingungan dan
mendapatkan ketenangan yang bersifat sementara maupun yang bersifat permanen
(tetap).
3.
Bagi orang yang mempunyai banyak
problem atau persoalan yang tidak putus-putusnya, meditasi akan menolong dia
untuk menimbulkan ketabahan dan keberanian serta mengembangkan kekuatan untuk
mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
4.
Bagi orang yang kurang percaya diri
sendiri, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan keparcayaan kepada diri
sendiri yag sangat dibutuhkannya itu.
5.
Bagi orang yang mempunyai rasa
takut dalam hati atau kebimbangan, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan
pengertian terhadap keadaan atau sifat yang sebenarnya dari hal-hal yang
menyebabkannya takut dan selanjutnya dia akan dapat mengatasi rasa takut itu
dalam pikirannya.
6.
Bagi orang yang selalu merasa tidak
puas terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya atau dalam kehidupan ini,
meditasi akan memberikan dia perubahan dan perkembangan yang menuju pada
kepuasan batin.
7.
Bagi orang yang pikirannya sedang
kacau dan berputus asa karena kurangnya pengertian akan sifat kehidupan dan
keadaan dunia ini, meditasi akan menolong dia utnuk memberikan pengertian
padanya bahwa pikirannya itu kacau untuk hal-hal yang tidak ada gunanya.
8.
Bagi orang yang ragu-ragu dan tidak
begitu tertarik kepada agama, meditasi akan menolong dia untuk mengatasi
keragu-raguannya itu dan untuk melihat segi-segi serta nilai-nilai yang praktis
dalam bimbingan agama.
9.
Bagi seorang pelajar atau
mahasiswa, meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan dan menguatkan
ingatannya serta untuk belajar lebih seksama dan lebih efisien.
10. Bagi
orang yang kaya, meditasi akan menolong dia untuk dapat melihat sifat dan
kegunaan dari kekayaannya itu, bagaimana cara menggunakan harta tersebut untuk
kebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan orang lain.
11. Bagi
orang miskin, meditasi akan menolong dia untuk memiliki rasa puas dan
ketenangan serta tidak melampiaskan rasa iri hati terhadap orang lain yang
lebih mampu daripadanya.
12. Bagi
seorang pemuda yang sedang berada dalam persimpangan jalan dari kehidupan ini
dan dia tidak tahu jalan mana yang akan ditempuhnya, meditasi akan menolong dia
untuk mendapatkan pengertian dalam menempuh salah satu jalan yang akan membawa
ke tujuannya.
13. Bagi
orang yang telah lanjut usia yang telah bosan dengan kehidupan ini, meditasi
akan menolong dia ke dalam pengertian yang lebih mendalam mengenai kehidupan
ini, dan pengertian tersebut akan memberi dia kelegaan dan kebebasan dari
penderitaan serta pahit getirnya kehidupan ini, dan akan menimbulkan kegairahan
yang baru bagi dirinya.
14. Bagi
orang yang mudah marah, meditasi akan menolong dia mengembangkan kekuatan
kemauan untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya.
15. Bagi
orang yang bersifat iri hati, meditasi akan menolong dia untuk mengerti tentang
bahayanya sifat iri hati itu.
16. Bagi
orang yang diperbudak oleh panca inderanya, meditasi akan menolong dia untuk belajar
menguasai nafsu-nafsu dan keinginannya itu.
17. Bagi
orang yang telah ketagihan minuman keras yang memabukkan, meditasi akan
menolong dia untuk menyadari dirinya dan melihat cara mengatasi kebiasaan yang
berbahaya itu yang telah memperbudak dan mengikat dirinya.
18. Bagi
orang yang tidak terpelajar atau bodoh, meditasi akan memberikan dia kesempatan
untuk mengenal diri dan mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang sangat
berguna untuk kesejahteraan diri sendiri dan untuk keluarga serta handai
taulannya.
19. Bagi
orang yang sungguh-sungguh melakukan latihan meditasi yang benar ini, maka
nafsu-nafsu dan emosinya tak mempunyai kesempatan untuk memperbodohi dirinya
lagi.
20. Bagi
orang yang bijaksana, meditasi akan membawa dia kepada kesadaran yang lebih
tinggi dan pencapaian penerangan sempurna; dia akan dapat melihat segala
sesuatu dengan sewajarnya dan tidak akan terseret lagi ke dalam
persoalan-persoalan yang remeh.
21. Selanjutnya,
dalam agama Buddha, meditasi yang benar itu dipergunakan untuk membebaskan diri
dari segala penderitaan, untuk mencapai Nibbana.
Demikianlah
beberapa faedah praktis yang dapat dihasilkan dari latihan meditasi.
Faedah-faedah ini merupakan milik yang akan ditemui dalam pikiran sendiri.
Faedah-faedah ini merupakan milik yang akan ditemui dalam pikiran sendiri.
3.
CARA MELAKSANAKAN BHAVANA
Orang
yang baru belajar meditasi sebaiknya mencari tempat yang cocok untuk melakukan
meditasi. Tempat itu adalah tempat yang sunyi dan tenang, bebas dari gangguan
orang-orang di sekitarnya, bebas dari gangguan nyamuk. Untuk tahap permulaan,
hendaknya orang berlatih di tempat yang sama, jangan pindah-pindah tempat. Jika
meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan di mana saja di setiap tempat,
baik di kantor, di pasar, di kebun, di hutan, di goa, dikuburan, maupun di
tempat yang ramai.
Waktu untu melaksanakannya dapat
dipilih sendiri. Biasanya waktu yang baik untuk bermeditasi adalah pagi hari
antara pukul 04.00 sampai pukul 07.00 dan malam hari antara pukul 17.00 sampai
pukul 22.00. Jika waktu untuk bermeditasi telah ditentukan, maka waktu tersebut
hendaknya digunakan khusus untuk bermeditasi. Meditasi sebaiknya dilakukan
setiap hari dengan waktu yang sama secara teratur atau kontinyu. Bila
meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan kapan saja, pada setiap waktu.
Orang bebas memilih posisi
meditasi. Biasanya posisi meditasi yang baik adalah duduk bersila di lantai
yang beralas, dengan meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri, dan tangan kanan
menumpu tangan kiri di pangkuan. Atau boleh juga dalam posisi setengah sila,
dengan kaki dilipat ke samping. Bahkan kalau tidak memungkinkan, maka dipersilahkan
duduk di kursi. Yang penting adalah bahwa badan dan kepala harus tegak, tetapi
tidak kaku atau tegang. Duduklah seenaknya, jangan bersandar. Mulut dan mata
harus tertutup. Selama meditasi berlangsung hendaknya diusahakan untuk tidak
menggerakkan anggota badan, jika tidak perlu. Namun bila badan jasmani merasa
tidak enak, maka diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh atau mengubah sikap
meditasi. Tetapi, hal ini harus dilakukan perlahan-lahan, disertai dengan penuh
perhatian dan kesadaran. Jika meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan
dalam berbagai posisi, baik berdiri, berjalan, maupun berbaring.
Sebelum melaksanakan meditasi,
sebaiknya diminta petunjuk atau nasehat dari guru meditasi atau mereka yang
telah berpengalaman mengenai meditasi, agar dapat dicapai sukses dalam
bermeditasi.
Pada
saat hendak bermeditasi, sebaiknya dibacakan paritta terlebih dahulu.
Selanjutnya, laksanakanlah meditasi dengan tekun. Pikiran dipusatkan pada obyek
yang telah dipilih. Pada tingkat permulaan, tentunya pikiran akan lari dari
obyek. Hal ini biasa, karena pikiran itu lincah, binal, dan selalu bergerak.
Namun, hendaknya orang yang bermeditasi selalu sadar dan waspada terhadap
pikiran. Bila pikiran itu lari dari obyek, ia sadar bahwa pikiran itu lari, dan
cepat mengembalikan pikiran itu pada obyek semula. Bila hal ini dapat
dilaksanakan dengan baik, maka kemajuan dalam meditasi pasti akan diperoleh.
Pembagian
Bhavana
Bhavana dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
1.
Samatha Bhavana, berarti
pengembangan ketenangan batin.
2.
Vipassana Bhavana, berarti
pengembangan pandangan terang.
Diantara kedua jenis bhavana ini
terdapat perbedaan. Perbedaan itu mencakup:
1.
Tujuannya Samatha
Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai ketenangan.
Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran terpusat dan tertuju pada suatu
obyek. Jadi pikiran tidak berhamburan ke segala penjuru, pikiran tidak
berkeliaran kesana kemari, pikiran tidak melamun dan mengembara tanpa
tujuan.Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, rintangan-rintangan batin tidak
dapat dilenyapkan secara menyeluruh. Jadi kekotoran batin hanya dapat
diendapkan, seperti batu besar yang menekan rumput hingga tertidur di tanah.
Dengan demikian, Samatha Bhavana hanya dapat mencapai tingkat-tingkat
konsentrasi yang disebut jhana-jhana, dan mencapai berbagai kekuatan
batin.Sesungguhnya pikiran yang tenang bukanlah tujuan terakhir dari meditasi.
Ketenangan pikiran hanyalah salah satu keadaan yang diperlukan untuk
mengembangkan pandangan terang atau Vipassana Bhavana.Vipassana Bhavana
merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang.
Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana, kekotoran-kekotoran batin dapat disadari
dan kemudian dibasmi sampai keakar-akarnya, sehingga orang yang melakukan
Vipassana Bhavana dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya,
bahwa hidup ini dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan
anatta (tanpa aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavana dapat menuju
ke arah pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian Nibbana.Sesungguhnya
“dalam kitab suci telah ditulis bahwa hanya dengan pandangan terang inilah kita
dapat menyucikan diri kita, dan tidak dengan jalan lain”.
2.
Obyeknya Obyek
yang dipakai dalam Samatha Bhavana ada 40 macam. Obyek-obyek itu adalah sepuluh
kasina, sepuluh asubha, sepuluh anussati, empat appamañña, satu
aharapatikulasañña, satu catudhatuvavatthana, dan empat arupa. Sebaliknya,
obyek yang dipakai dalam Vipassana Bhavana adalah nama dan rupa (batin dan
materi), atau empat satipatthana.
3.
Penghalangnya Dalam
melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang bermeditasi sering
mendapat gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu lima nivarana dan sepuluh
palibodha. Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, terdapat pula rintangan-rintangan
yang dapat menghambat perkembangan pandangan terang, yang disebut sepuluh
vipassanupakilesa.
Samatha Bhavana
1.
EMPAT PULUH MACAM OBYEK MEDITASI
Dalam Samatha Bhavana ada 40 macam obyek meditasi. Obyek-obyek meditasi ini dapat dipilih salah satu yang kiranya cocok dengan sifat atau pribadi seseorang. Pemilihan ini dimaksudkan untuk membantu mempercepat perkembangannya. Pemilihan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang guru.
Dalam Samatha Bhavana ada 40 macam obyek meditasi. Obyek-obyek meditasi ini dapat dipilih salah satu yang kiranya cocok dengan sifat atau pribadi seseorang. Pemilihan ini dimaksudkan untuk membantu mempercepat perkembangannya. Pemilihan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang guru.
Keempat puluh macam obyek meditasi
itu adalah :
1.
Sepuluh kasina (sepuluh wujud
benda), yaitu :
1.
Pathavi kasina = wujud tanah
2.
Apo kasina = wujud air
3.
Teja kasina = wujud api
4.
Vayo kasina = wujud udara atau
angin
5.
Nila kasina = wujud warna biru
6.
Pita kasina = wujud warna kuning
7.
Lohita kasina = wujud warna merah
8.
Odata kasina = wujud warna putih
9.
Aloka kasina = wujud cahaya
10. Akasa
kasina = wujud ruangan terbatas
2.
Sepuluh asubha (sepuluh wujud
kekotoran), yaitu :
1.
Uddhumataka = wujud mayat yang
membengkak
2.
Vinilaka = wujud mayat yang
berwarna kebiru-biruan
3.
Vipubbaka = wujud mayat yang
bernanah
4.
Vicchiddaka = wujud mayat yang
terbelah di tengahnya
5.
Vikkahayitaka = wujud mayat yang
digerogoti binatang-binatang
6.
Vikkhittaka = wujud mayat yang
telah hancur lebur
7.
Hatavikkhittaka = wujud mayat yang
busuk dan hancur
8.
Lohitaka = wujud mayat yang
berlumuran darah
9.
Puluvaka = wujud mayat yang
dikerubungi belatung
10. Atthika
= wujud tengkorak
3.
Sepuluh anussati (sepuluh macam
perenungan), yaitu :
1.
Buddhanussati = perenungan terhadap
Buddha
2.
Dhammanussati = perenungan terhadap
Dhamma
3.
Sanghanussati = perenungan terhadap
Sangha
4.
Silanussati = perenungan terhadap
sila
5.
Caganussati = perenungan terhadap
kebajikan
6.
Devatanussati = perenungan terhadap
makhluk-makhluk agung atau para dewa
7.
Marananussati = perenungan terhadap
kematian
8.
Kayagatasati = perenungan terhadap
badan jasmani
9.
Anapanasati = perenungan terhadap
pernapasan
10. Upasamanussati
= perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
4.
Empat appamañña (empat keadaan yang
tidak terbatas), yaitu :
1.
Metta = cinta kasih yang universal,
tanpa pamrih
2.
Karuna = belas kasihan
3.
Mudita = perasaan simpati
4.
Upekkha = keseimbangan batin
5.
Satu aharapatikulasanna (satu
perenungan terhadap makanan yang menjijikkan)
6.
Satu catudhatuvavatthana (satu
analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalam badan jasmani)
7.
Empat arupa (empat perenungan tanpa
materi), yaitu :
1.
Kasinugaghatimakasapaññatti = obyek
ruangan yang sudah keluar dari kasina
2.
Akasanancayatana-citta = obyek
kesadaran yang tanpa batas
3.
Natthibhavapaññati = obyek
kekosongan
4.
Akincaññayatana-citta = obyek bukan
pencerapan pun tidak bukan pencerapan
Berikut penjelasan lebih mendetil
tentang masing-masing obyek meditasi diatas :
1.
Sepuluh kasina (sepuluh wujud
benda)
Dalam kasina tanah, dapat dipakai kebun yang baru dicangkul atau segumpal tanah yang dibulatkan. Dalam kasina air, dapat dipakai sebuah telaga atau air yang ada di dalam ember. Dalam kasina api, dapat dipakai api yang menyala yang di depannya diletakkan seng yang berlobang. Dalam kasina angin, dapat dipakai angin yang berhembus di pohon-pohon atau badan. Dalam kasina warna, dapat dipakai benda-benda seperti bulatan dari kertas, kain, papan, atau bunga yang berwarna biru, kuning, merah, atau putih. Dalam kasina cahaya, dapat dipakai cahaya matahari atau bulan yang memantul di dinding atau di lantai melalui jendela dan lain-lain. Dalam kasina ruangan terbatas, dapat dipakai ruangan kosong yang mempunyai batas-batas disekelilingnya seperti drum dan lain-lain.Disini, mula-mula orang harus memusatkan seluruh perhatiannya pada bulatan yang berwarna biru misalnya. Selanjutnya, dengan memandang terus pada bulatan itu, orang harus berjuang agar pikirannya tetap berjaga-jaga, waspada, dan sadar. Sementara itu, benda-benda di sekeliling bulatan tersebut seolah-olah lenyap, dan bulatan tersebut kelihatan menjadi makin semu dan akhirnya sebagai bayangan pikiran saja. Kini, walaupun mata dibuka atau ditutup, orang masih melihat bulatan biru itu di dalam pikirannya, yang makin lama makin terang seperti bulatan dari rembulan.
Dalam kasina tanah, dapat dipakai kebun yang baru dicangkul atau segumpal tanah yang dibulatkan. Dalam kasina air, dapat dipakai sebuah telaga atau air yang ada di dalam ember. Dalam kasina api, dapat dipakai api yang menyala yang di depannya diletakkan seng yang berlobang. Dalam kasina angin, dapat dipakai angin yang berhembus di pohon-pohon atau badan. Dalam kasina warna, dapat dipakai benda-benda seperti bulatan dari kertas, kain, papan, atau bunga yang berwarna biru, kuning, merah, atau putih. Dalam kasina cahaya, dapat dipakai cahaya matahari atau bulan yang memantul di dinding atau di lantai melalui jendela dan lain-lain. Dalam kasina ruangan terbatas, dapat dipakai ruangan kosong yang mempunyai batas-batas disekelilingnya seperti drum dan lain-lain.Disini, mula-mula orang harus memusatkan seluruh perhatiannya pada bulatan yang berwarna biru misalnya. Selanjutnya, dengan memandang terus pada bulatan itu, orang harus berjuang agar pikirannya tetap berjaga-jaga, waspada, dan sadar. Sementara itu, benda-benda di sekeliling bulatan tersebut seolah-olah lenyap, dan bulatan tersebut kelihatan menjadi makin semu dan akhirnya sebagai bayangan pikiran saja. Kini, walaupun mata dibuka atau ditutup, orang masih melihat bulatan biru itu di dalam pikirannya, yang makin lama makin terang seperti bulatan dari rembulan.
2.
Sepuluh asubha (sepuluh wujud
kekotoran)
Dalam sepuluh asubha ini, orang melihat atau membayangkan sesosok tubuh yang telah menjadi mayat diturunkan ke dalam lubang kuburan, membengkak, membiru, bernanah, terbelah di tengahnya, dikoyak-koyak oleh burung gagak atau serigala, hancur dan membusuk, berlumuran darah, dikerubungi oleh lalat dan belatung, dan akhirnya merupakan tengkorak. Selanjutnya, ia menarik kesimpulan terhadap badannya sendiri, “Badanku ini juga mempunyai sifat-sifat itu sebagai kodratnya, tidak dapat dihindari”. Disinilah hendaknya orang memegang dengan teguh di dalam pikirannya obyek yang berharga yang telah timbul, seperti gambar pikiran mengenai mayat yang membengkak dan lain-lain.
Dalam sepuluh asubha ini, orang melihat atau membayangkan sesosok tubuh yang telah menjadi mayat diturunkan ke dalam lubang kuburan, membengkak, membiru, bernanah, terbelah di tengahnya, dikoyak-koyak oleh burung gagak atau serigala, hancur dan membusuk, berlumuran darah, dikerubungi oleh lalat dan belatung, dan akhirnya merupakan tengkorak. Selanjutnya, ia menarik kesimpulan terhadap badannya sendiri, “Badanku ini juga mempunyai sifat-sifat itu sebagai kodratnya, tidak dapat dihindari”. Disinilah hendaknya orang memegang dengan teguh di dalam pikirannya obyek yang berharga yang telah timbul, seperti gambar pikiran mengenai mayat yang membengkak dan lain-lain.
3.
Sepuluh anussati (sepuluh macam
perenungan)
Dalam Buddhanussati, direnungkan sembilan sifat Buddha. Kesembilan sifat Buddha tersebut adalah maha suci, telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan dan tingkah lakunya, sempurna menempuh jalan ke Nibbana, pengenal semua alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, yang sadar, yang patut dimuliakan.Dalam Dhammanussati, direnungkan enam sifat Dhamma. Keenam sifat Dhamma itu adalah telah sempurna dibabarkan, nyata di dalam kehidupan, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.Dalam Sanghanussati, direnungkan sembilan sifat Ariya-Sangha. Kesembilan sifat Ariya-Sangha itu adalah telah bertindak dengan baik, telah bertindak lurus, telah bertindak benar, telah bertindak patut, patut menerima persembahan, patut menerima tempat bernaung, patut menerima bingkisan, patut menerima penghormatan, lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta.Dalam silanussati, direnungkan sila yang telah dilaksanakan, yang tidak patah, yang tidak ternoda, yang dipuji oleh para bijaksana, dan menuju pemusatan pikiran.Dalam caganussati, direnungkan kebajikan berdana yang telah dilaksanakan, yang menyebabkan musnahnya kekikiran.Dalam devatanussati, direnungkan makhluk-makhluk agung atau para dewa yang berbahagia, yang sedang menikmati hasil dari perbuatan baik yang telah dilakukannya.Dalam marananussati, orang harus merenungkan bahwa pada suatu hari, kematian akan datang menyongsongku dan makhluk lainnya; bahwa badan ini harus dibagi-bagikan olehku kepada ulat-ulat, kutu, belatung, dan binatang lainnya yang hidup dengan ini; bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan, di mana, dan melalui apa orang akan meninggal, serta keadaan yang bagaimana menungguku setelah kematian.
Dalam Buddhanussati, direnungkan sembilan sifat Buddha. Kesembilan sifat Buddha tersebut adalah maha suci, telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan dan tingkah lakunya, sempurna menempuh jalan ke Nibbana, pengenal semua alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, yang sadar, yang patut dimuliakan.Dalam Dhammanussati, direnungkan enam sifat Dhamma. Keenam sifat Dhamma itu adalah telah sempurna dibabarkan, nyata di dalam kehidupan, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.Dalam Sanghanussati, direnungkan sembilan sifat Ariya-Sangha. Kesembilan sifat Ariya-Sangha itu adalah telah bertindak dengan baik, telah bertindak lurus, telah bertindak benar, telah bertindak patut, patut menerima persembahan, patut menerima tempat bernaung, patut menerima bingkisan, patut menerima penghormatan, lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta.Dalam silanussati, direnungkan sila yang telah dilaksanakan, yang tidak patah, yang tidak ternoda, yang dipuji oleh para bijaksana, dan menuju pemusatan pikiran.Dalam caganussati, direnungkan kebajikan berdana yang telah dilaksanakan, yang menyebabkan musnahnya kekikiran.Dalam devatanussati, direnungkan makhluk-makhluk agung atau para dewa yang berbahagia, yang sedang menikmati hasil dari perbuatan baik yang telah dilakukannya.Dalam marananussati, orang harus merenungkan bahwa pada suatu hari, kematian akan datang menyongsongku dan makhluk lainnya; bahwa badan ini harus dibagi-bagikan olehku kepada ulat-ulat, kutu, belatung, dan binatang lainnya yang hidup dengan ini; bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan, di mana, dan melalui apa orang akan meninggal, serta keadaan yang bagaimana menungguku setelah kematian.
Dalam kayagatasati, orang merenungkan 32 bagian anggota tubuh,
dari telapak kaki ke atas dan dari puncak kepala ke bawah, yang diselubungi
kulit dan penuh kekotoran; bahwa di dalam badan ini terdapat rambut kepala,
bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, urat, tulang, sumsum, ginjal, jantung,
hati, selaput dada, limpa, paru-paru, usus, saluran usus, perut, kotoran,
empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah,
ingus, cairan sendi, air kencing, dan otak.
Dalam anapanasati, orang merenungkan keluar masuknya napas. Dengan
sadar ia menarik napas, dengan sadar ia mengeluarkan napas.
Dalam upasamanussati, orang merenungkan Nibbana atau Nirwana yang
terbebas dari kekotoran batin, hancurnya keinginan, putusnya lingkaran tumimbal
lahir.
4.
Empat appamañña (empat keadaan yang
tidak terbatas)
Empat appamañña ini sering disebut juga sebagai Brahma-Vihara (kediaman yang luhur). Dalam melaksanakan metta-bhavana, seseorang harus mulai dari dirinya sendiri, karena ia tidak mungkin dapat memancarkan cinta kasih sejati bila ia membenci dan meremehkan dirinya sendiri. Setelah itu, cinta kasih dipancarkan kepada orang tua, guru-guru, teman-teman laki-laki dan wanita sekaligus.Akhirnya, yang tersulit adalah memancarkan cinta kasih kepada musuh-musuhnya. Dalam hal ini mungkin timbul perasaan dendam atau sakit hati. Namun, hendaknya diusahakan untuk mengatasi kebencian itu dengan merenungkan sifat-sifat yang baik dari musuhnya dan jangan menghiraukan kejelekan-kejelekan yang ada padanya. Perlu diingat bahwa kebencian hanya dapat ditaklukkan dengan cinta kasih.Dalam karuna-bhavana, orang memancarkan belas kasihan kepada orang yang sedang ditimpa kemalangan, diliputi kesedihan, kesengsaraan, dan penderitaan.Dalam mudita-bhavana, orang memancarkan perasaan simpati kepada orang yang sedang bersuka-cita; ia turut berbahagia melihat kebahagiaan orang lain.Dalam upekkha-bhavana, orang akan tetap tenang menghadapi suka dan duka, pujian dan celaan, untung dan rugi.
Empat appamañña ini sering disebut juga sebagai Brahma-Vihara (kediaman yang luhur). Dalam melaksanakan metta-bhavana, seseorang harus mulai dari dirinya sendiri, karena ia tidak mungkin dapat memancarkan cinta kasih sejati bila ia membenci dan meremehkan dirinya sendiri. Setelah itu, cinta kasih dipancarkan kepada orang tua, guru-guru, teman-teman laki-laki dan wanita sekaligus.Akhirnya, yang tersulit adalah memancarkan cinta kasih kepada musuh-musuhnya. Dalam hal ini mungkin timbul perasaan dendam atau sakit hati. Namun, hendaknya diusahakan untuk mengatasi kebencian itu dengan merenungkan sifat-sifat yang baik dari musuhnya dan jangan menghiraukan kejelekan-kejelekan yang ada padanya. Perlu diingat bahwa kebencian hanya dapat ditaklukkan dengan cinta kasih.Dalam karuna-bhavana, orang memancarkan belas kasihan kepada orang yang sedang ditimpa kemalangan, diliputi kesedihan, kesengsaraan, dan penderitaan.Dalam mudita-bhavana, orang memancarkan perasaan simpati kepada orang yang sedang bersuka-cita; ia turut berbahagia melihat kebahagiaan orang lain.Dalam upekkha-bhavana, orang akan tetap tenang menghadapi suka dan duka, pujian dan celaan, untung dan rugi.
5.
Satu aharapatikulasañña (satu
perenungan terhadap makanan yang menjijikkan)
Dalam satu aharapatikulasañña, direnungkan bahwa makanan adalah barang yang menjijikkan bila telah berada di dalam perut; direnungkan bahwa apapun yang telah dimakan, diminum, dikunyah, dicicipi, semuanya akan berakhir sebagai kotoran (tinja) dan air seni (urine).
Dalam satu aharapatikulasañña, direnungkan bahwa makanan adalah barang yang menjijikkan bila telah berada di dalam perut; direnungkan bahwa apapun yang telah dimakan, diminum, dikunyah, dicicipi, semuanya akan berakhir sebagai kotoran (tinja) dan air seni (urine).
6.
Satu catudhatuvavatthana (satu
analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalam badan jasmani)
Dalam satu catudhatuvavatthana, direnungkan bahwa di dalam badan jasmani terdapat empat unsur materi, yaitu :
Dalam satu catudhatuvavatthana, direnungkan bahwa di dalam badan jasmani terdapat empat unsur materi, yaitu :
1.
Pathavi-dhatu (unsur tanah atau
unsur padat), ialah segala sesuatu yang bersifat keras atau padat. Umpamanya :
rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, dan lain-lain.
2.
Apo-dhatu (unsur air atau unsur
cair), ialah segala sesuatu yang bersifat berhubungan yang satu dengan yang
lain atau melekat. Umpamanya : empedu, lendir, nanah, darah, dan lain-lain.
3.
Tejo-dhatu (unsur api atau unsur
panas), ialah segala sesuatu yang bersifat panas dingin. Umpamanya : setelah
selesai makan dan minum, atau bila sedang sakit, badan akan terasa panas
dingin.
4.
Vayo-dhatu (unsur angin atau unsur
gerak), ialah segala sesuatu yang bersifat bergerak. Umpamanya : angin yang ada
di dalam perut dan usus, angin yang keluar masuk waktu bernapas, dan lain-lain.
7.
Empat arupa (empat perenungan tanpa
materi)
Dalam kasinugaghatimakasapaññati, batin yang telah memperoleh gambaran kasina dikembangkan ke dalam perenungan ruangan yang tanpa batas sambil membayangkan, “Ruangan! Ruangan! Tak terbatas ruangan ini!” dan kemudian gambaran kasina dihilangkan. Jadi, pikiran ditujukan kepada ruangan yang tanpa batas, dipusatkan di dalamnya, dan menembus tanpa batas.Dalam akasanancayatana-citta, ruangan yang tanpa batas itu ditembus dengan kesadarannya sambil merenungkan, “Tak terbataslah kesadaran itu”. Ia harus berulang-ulang memikirkan penembusan ruangan itu dengan sadar, mencurahkan perhatiannya kepada hal tersebut.Dalam natthibhavapaññati, orang harus mengarahkan perhatiannya pada kekosongan atau kehampaan dan tidak ada apa-apanya dari kesadaran terhadap ruangan yang tanpa batas itu. Ia terus menerus merenungkan, “Tidak ada apa-apa di sana! Kosonglah adanya ini”.Dalam akincaññayatana-citta, orang merenungkan keadaan kekosongan sebagai ketenangan atau kesejahteraan, dan setelah itu ia mengembangkan pencapaian dari sisa unsur-unsur batin yang penghabisan, yaitu perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran sampai batas kelenyapannya. Jadi, setelah kekosongan itu dicapai, maka kesadaran mengenai kekosongan itu dilepas, seolah-olah tidak ada pencerapan lagi
Dalam kasinugaghatimakasapaññati, batin yang telah memperoleh gambaran kasina dikembangkan ke dalam perenungan ruangan yang tanpa batas sambil membayangkan, “Ruangan! Ruangan! Tak terbatas ruangan ini!” dan kemudian gambaran kasina dihilangkan. Jadi, pikiran ditujukan kepada ruangan yang tanpa batas, dipusatkan di dalamnya, dan menembus tanpa batas.Dalam akasanancayatana-citta, ruangan yang tanpa batas itu ditembus dengan kesadarannya sambil merenungkan, “Tak terbataslah kesadaran itu”. Ia harus berulang-ulang memikirkan penembusan ruangan itu dengan sadar, mencurahkan perhatiannya kepada hal tersebut.Dalam natthibhavapaññati, orang harus mengarahkan perhatiannya pada kekosongan atau kehampaan dan tidak ada apa-apanya dari kesadaran terhadap ruangan yang tanpa batas itu. Ia terus menerus merenungkan, “Tidak ada apa-apa di sana! Kosonglah adanya ini”.Dalam akincaññayatana-citta, orang merenungkan keadaan kekosongan sebagai ketenangan atau kesejahteraan, dan setelah itu ia mengembangkan pencapaian dari sisa unsur-unsur batin yang penghabisan, yaitu perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran sampai batas kelenyapannya. Jadi, setelah kekosongan itu dicapai, maka kesadaran mengenai kekosongan itu dilepas, seolah-olah tidak ada pencerapan lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar