Responding paper kelompok 6
Ajaran Hindu Dharma tentang Etika (Susila)
Etika agama Hindu pada dasarnya mengajarkan aturan tingkah laku yang baik
dan mulia. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan seluruh umat hidup dapat
menjalani serta memahami secara baik dan benar. Kerangka dasar etika dalam
Hindu Dharma antara lain:
I. Tri
Kaya Parisuda
Tri Kaya Parisuda berasal dari kata tri artinya tiga, kaya berarti
tingkah laku danparisuda mulia atau bersih. Tri Kaya
Parisuda dengan demikian berarti tiga tingkah laku yang mulia (baik).
Adapun tiga tingkah laku yang baik
termaksud adalah:
1.
Manacika (berpikir yang
baik dan suci). Seseorang dapat dikatakan manacikaapabila ia:
1.
Tidak menginginkan sesuatu yang tidak
halal.
2.
Tidak berpikir buruk terhadap sesama
manusia atau mahluk lainnya.
3.
Yakin dan percaya terhadap hukum karma.
2.
Wacika (berkata yang
baik dan benar). Seseorang dapat dinyatakan sebagai wacika,apabila
ia:
1.
Tidak mencaci maki orang lain.
2.
Tidak berkata-kata yang kasar kepada
orang lain.
3.
Tidak memfitnah atau mengadu domba
4.
Tidak ingkar janji.
3.
Kayika (berbuat yang
baik dan jujur). Seseorang dapat dikatakan kayika, manakala ia:
1.
Tidak menyiksa, menyakiti atau membunuh.
2.
Tidak berbuat curang, mencuri atau
merampok.
3.
Tidak berzina
II. Panca
Yama Brata
Panca Yama Brata berasal dari tiga suku kata, yaitu panca berarti
lima, yama artinya pengendalian dan brata yang
berarti keinginan. Panca Yama Brata ialah lima keinginan untuk
mengendalikan diri dari godaan-godaan nafsu yang tidak baik. Lima macam
pengendalian diri yang perlu diperhatikan oleh umat Hindu ialah:
1.
Ahimsa (tidak menyakiti
atau membunuh). Ahimsa berasal dari kata a yang berarti tidak,
dan himsa yang berarti membunuh atau menyakiti. Jadi ahimsa berarti
tidak membunuh atau tidak menyakiti orang (mahluk) lain. Menyakiti apalagi
membunuh adalah suatu perbuatan dosa yang besar dan dilarang oleh Agama
Hindu.
2.
Brahmacari (berpikir suci, bersih dan jernih). Brahmacari berasal dari
kata brahmayang berarti ilmu pengetahuan, dan car berarti
bergerak. Jadi brahmacarimaksudnya bergerak atau bertingkah laku
dalam menuntut ilmu pengetahuan. Tegasnya bagaimana perilaku seseorang dalam
mempelajari ilmu pengetahuan tentang ajaran-ajaran yang termuat dalam Kitab
Suci Weda, harus selalu berpikir bersih dan jernih serta hanya memikirkan
pelajaran atau ilmu pengetahuan saja dan tidak memikirkan masalah-masalah
keduniawian.
3.
Satya (kebenaran, kesetiaan
dan kejujuran). Ada lima jenis satya yang disebutPanca
Satya dan patut diperhatikan oleh umat Hindu, yakni:
1.
Satya Wacana yaitu setia dan
jujur dalam berkata-kata, tidak sombong, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak
sopan, tidak berkata-kata yang menyakitkan serta tidak memaki.
2.
Satya Hredaya yaitu setia terhadap kata hati dan selalu konsisten atau berpendirian
teguh.
3.
Satya Laksana yaitu jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan.
4.
Satya Mitra yaitu selalu
setia kepada teman dan tidak pernah berkhianat.
5.
Satya Semaya yaitu selalu
menepati janji, tidak pernah ingkar kepada janjinya.
4.
Awyawahara (tidak terikat keduniawian). Awyawahara berasal dari kata a yang
berarti tidak, dan wyawahara yang artinya terikat dengan
kehidupan duniawi. Dengan demikian awyawahara berarti tidak
terikat dengan kehidupan duniawi.
5.
Asteya atau Asteneya (tidak
mencuri). Asteya berasal dari kata a yang berarti tidak,
dan steya berarti mencuri atau memperkosa milik orang lain.
Jadi asteya berarti tidak mencuri atau tidak ingin memiliki
barang orang lain.
III. Dasa Yama
Brata
Etika Dasa Yama Brata antara
lain:
1.
Anrsamsa (tidak kejam). Anrsamsa berasal dari kata a yang
berarti tidak, dannrsamsa berarti orang yang kejam. Jadi Anrsamsa
berarti orang yang tidak kejam.
2.
Ksama (pemaaf). Mudah
memaafkan kesalahan orang lain merupakan perbuatan yang sangat terpuji. Berbuat
keliru adalah sifat manusia, karena setiap orang pernah membuat
kesalahan.
3.
Satya (kebenaran, kesetiaan
dan kejujuran)
4.
Ahimsa (tidak menyakiti atau
membunuh)
5.
Dama (mengendalikan hawa
nafsu)
6.
Arjawa (tetap pendirian)
7.
Priti (welas asih). Memberi perhatian dan bantuan kepada masyarakat yang menghadapi berbagai
kesulitan adalah sesuai dengan ajaran agama. Berilah bantuan kepada siapa saja
yang memerlukannya.
8.
Prasada (berpikir jernih dan suci)
1.
Madhurya (ramah tamah). Madhurya berasal dari kata madu yang
berarti manis. Madhurya berarti hidup yang manis, maksudnya selalu murah
senyum, ramah tamah dengan siapa saja.
2.
Mardawa (lemah lembut). Orang yang lemah lembut akan disukai oleh
kawan-kawannya. Sebaliknya orang yang berperilaku kasar akan dijauhi.
IV. Panca
Niyama Brata
Panca Niyama Brata adalah lima cara pengendalian diri lanjutan (tahap kedua) untuk dapat
tercapainya ketenangan dan ketentraman batin. Kelima cara dimaksud adalah:
1.
Akrodha (tidak marah). Akrodha berasal dari kata a yang berarti tidak,
dan krodhaberarti marah. Jadi Akrodha berarti tidak marah.
2.
Guru Susrusa (hormat kepada guru). Setiap orang ataupun murid haruslah menghargai dan
menghormati gurunya. Pengertian guru disini adalah dalam pengertiannya yang
luas, yakni: Guru Rupaka, orang tua (ibu dan bapak); Guru
Pengajian, yaitu guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah;
danGuru Wisesa, yaitu Pemerintah yang mengayomi rakyatnya, yang beusaha
mensejahterakan dan memberikan perlindungan kepada rakyatnya.
3.
Sauca (bersih atau suci).
Manusia seyogyanya berhati bersih atau suci baik lahir maupun batin, jasmani
maupun rohani.
4.
Aharalaghawa (makan makanan sederhana). Aharalaghawa berasal dari
kata ahardyang berarti makan, dan taghawa yang
berarti ringan. Dengan demikianAharalaghawa berarti makan makanan
yang ringan-ringan, yang sederhana atau makan seperlunya dan tidak berlebihan.
5.
Apramadha (tidak mengabaikan kewajiban). Apramada berarti tidak mengabaikan
kewajiban, maksudnya selalu ingat dengan tugas kewajiban.
V. Dasa Niyama
Brata
Dasa Niyama Brata merupakan suatu etika lanjutan dalam agama Hindu yang lebih tinggi
lagi tingkatannya. Dasa Niyama Brata terdiri dari:
1.
Dana (bersedekah).
Dana diartikan sebagai harta benda, yaitu berupa pemberian sedekah kepada
masyarakat miskin, masyarakat yang kekurangan, dan yang memerlukan bantuan.
Dalam memberikan sedekah harus dilandasi dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih
atau tanpa harapan adanya balas jasa.
2.
Ijya (memuja dan
memuji Tuhan). Manusia sebagai mahkluk yang lemah harus senantiasa ingat kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan memuja dan memuji Tuhan akan selalu mengingatkan
manusia, bahwa Tuhan maha pencipta dan pemberi hidup kepada manusia, dan karena
itu manusia berhutang budi kepada-Nya. Memuja dan memuji Tuhan harus dilandasi
dengan jiwa yang tulus, sembah sujud, khidmat, dan penuh rasa pengabdian.
3.
Tapa (menjauhi
kesenangan duniawi). Manusia diharapkan agar selalu berusaha melakukan
pengendalian diri terhadap kesenangan dunia, karena dapat membuat celaka.
Mengendalikan diri dengan Tapa yaitu berusaha mengurangi kebiasaan sehari-hari,
sepert makan yang berlebihan, tidur terlalu lama, berbicara yang tidak
bermanfaat, dan lain-lain. Mengurangi kebiasaan berarti mengendalikan
keinginan, dan pada akhirnya manusia akan memperoleh ketenangan dan ketentraman
lahir batin.
4.
Dhyana (memusatkan pikiran).
Sangat dianjurkan sekali apabila seseorang sewaktu-waktu dapat memusatkan
pikirannya. Ini bertujuan supaya manusia dapat mengendalikan pikirannya agar tidak
memikirkan yang aneh-aneh (negative thinking), tetapi terpusat hanya kepada
Tuhan semata. Dengan demikian, manusia akan dapat menyadari kebesaran Tuhan,
dan memperoleh kebahagiaan lahir batin.
5.
Swadhyaya (belajar sendiri). Swa artinya sendiri, dan adhyaya artinya
guru atau berguru. Dengan demikian swadhyaya berarti belajar
sendiri, berusaha sendiri untuk mencapai suatu kemajuan. Disini ditekankan agar
seseorang tidak malas, mau berusaha sendiri untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
tanpa harus menunggu orang lain mengajarinya.
6.
Upasthanigraha (mengendalikan hawa nafsu). Kebiasaan menuruti nafsu dapat membawa manusia
kepada akibat yang buruk, dan dapat mencelakakan manusia itu sendiri. Hawa
nafsu yang dimaksud disini yaitu nafsu birahi (sexual). Dengan senantiasa
menuruti nafsu sexual akan membuat manusia terjerumus kelembah kemaksiatan,
apalagi jika nafsu tersebut diumbar diluar rumah akan menyebabkan timbulnya
penyakit kotor, seperti HIV, AIDS, dan lain-lain. Untuk itu agama mengajarkan
agar mansuia selalu berusaha mengendalikan hawa nafsunya. Dengan demikian akan
terpelihara lingkungan yang sehat, serta kehidupan yang baik.
7.
Brata (melaksanakan
pantangan). Manusia dapat melaksanakan pengendalian diri dengan
melakukan berbagai pantangan. Pantangan yang dimaksud seperti pantangan makan,
pantangan tidur, pantangan berbicara, dan lain-lain. Dengan terbiasa melakukan
pantangan akan meningkatkan mutu pengendalian diri, dan dapat menambah
ketenangan hidup.
8.
Upawasa (puasa). Dengan berpuasa seseorang akan lebih mudah mengendalikan dirinya,
mengekang keinginan atau menahan hawa nafsu agar memperoleh pikiran yang
bersih, jernih dan suci. Berpuasa yang dilakukan secara berkala juga dapat
bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
9.
Mona (tidak berbicara).
Pengendalian diri dengan cara ini akan membuat seseorang mudah berkonsentrasi,
memusatkan pikiran hanya kepada Tuhan semata. Mona dilakuakan dengan cara tidak
berbicara sepatah katapun, atau diam diri.
10.
Snana (membersihkan diri).
Badan serta pakaian juga tidak luput dari kebersihan, karena dengan badan
bersih dan pakaian bersih, maka pikiranpun akan menjadi jernih dan suci. Dengan
demikian jalan menuju Tuhan akan menjadi terbuka lebar.
VI. Dasa Dharma
Dasa Dharma ialah sepuluh macam perbuatan baik yang patut dilaksanakan oleh umat
Hindu. Dengan melaksanakan ajaran dharma ini dapat mendorong terciptanya
masyarakat yang aman, tentram dan damai. Sepuluh dasa dharma tersebut
ialah:
1.
Dhriti (bekerja dengan
sungguh-sungguh). Seseorang yang ditugaskan untuk melakukan sesuatu pekerjaan
hendaknya menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh rasa tanggung jawab,
mengerjakan dengan sebaik-baiknya, dan bersungguh-sungguh. Dengan demikian akan
tercapai hasil yang maksimal dan memuaskan baik bagi dirinya maupun orang lain.
2.
Ksama (mudah memberikan
maaf). Ksama merupakan tindakan yang sangat terpuji bagi
setiap manusia, karena setiap manusia tak pernah luput dari khilaf. Setiap
orang pasti pernah berbuat salah dan oleh karena itu pada suatu saat ia pasti
ingin dimaafkan pula oleh orang lain. Memberikan maaf harus dengan tulus
ikhlas.
3.
Dama (dapat mengendalikan
nafsu). Manusia diharapkan agar selalu bisa mengendalikan nafsu atau
keinginannya. Janganlah menuruti nafsu dan keinginan karena akan dapat
menyulitkan diri sendiri maupun orang lain. Nafsu tersebut berupa nafsu sexual,
amarah, dan lain-lain.
4.
Asteya (tidak mencuri). Orang
yang menginginkan barang orang lain atau mencuri adalah orang yang tidak bisa
mengendalikan, dan selalu terjebak oleh nafsu duniawi. Orang dengan sifat
seperti ini pada akhirnya akan menderita karena tidak pernah merasa puas dengan
apa yang telah dimiliki dan selalu ingin mengambil hak orang lain.
5.
Sauca (berhati bersih dan
suci). Bersih dan suci bukan hanya badannya saja, tetapi juga pikiran dan
hatinya. Dengan hati dan pikiran yang bersih maka ketentraman dan kedamaian
serta ketenangan hidup akan mudah didapatkan.
6.
Indrayanigraha (dapat mengendalikan keinginan). Manusia diharapkan selalu bisa
mengendalikan semua indra keinginannya atau nafsunya. Dengan demikian manusia
akan lebih mudah mencapai ketenangan lahir maupun batin. Batin yang tenang dan
tentram akan lebih mudah mengantarkan seseorang pada jalan kebenaran.
7.
Dhira (berani membela yang
benar). Manusia harus berani membela kebenaran dimuka bumi ini. Menjunjung
tinggi kebenaran, kesetiaan, dan kejujuran tanpa pandang bulu dan tidak takut
pada siapapun.
8.
Widya (belajar dan
mengajar). Selain belajar manusia juga dituntut untuk bisa mengajarkan ilmunya
kepada orang lain. Dengan belajar dan mengajar akan lebih cepat tercipta
masyarakat yang berpendidikan dan berbudaya, masyarakat yang maju, dan tidak
bodoh serta dibodohi oleh masyarakat lain.
9.
Satya (kebenaran, kesetiaan,
dan kejujuran). Manusia harus mempunyai sifat setia, jujur, dan selalu berkata
serta berbuat yang benar pula. Disamping itu juga harus berani bertanggung
jawab terhadap apa yang dikatakan, tidak berkhianat kepada teman, dan harus
menepati janji.
10.
Akrodha (tidak cepat marah). Berusahalah agar tidak marah dan cepat marah. Karena
dengan kemarahan dapat menyakitkan hati orang lain, dan dapat mencelakakan
dirinya sendiri. Kemarahan dapat menimbulkan kekecewaan terhadap orang lain,
dan pada gilirannya orang lain akan berbalik marah kepada kita. Dalam kesehatan
pun diketahui bahwa dengan cepat marah orang akan cepat tua.
VII. Catur
Paramita
Catur paramita berasal dari kata catur yang berarti empat dan paramita yang
berarti perbuatan luhur. Dengan demikian catur paramita berarti empat perbuatan
luhur, yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Hindu.
Catur paramita terdiri dari:
1.
Maitri (bersahabat).
Manusia harus mempunyai sifat-sifat bersahabat terhadap sesamanya. Manusia
adalah ciptaan Tuhan, jadi manusia berasal dari sumber yang satu yaitu tuhan
dan karena itu manusia semuanya bersaudara. Dengan tercapainya persaudaraan
maka akan tercipta hidup tenang, tentram, dan damai.
2.
Karuna (cinta kasih).
Karuna merupakan perbuatan luhur atau belas kasih terhadap orang yang kesusahan
dan menderita. Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan manusia harus saling tolong
menolong rela berkorban demi orang lain, negara dan bangsa. Cinta kasih juga
harus ditimbulkan terhadap binatang, tubuh-tumbuhan dan mahkluk tuhan yang
lain. Dengan cara tidak memburu dan merusaknya.
3.
Mudhita (simpati).
Simpati artinya turut merasakan kesusahan maupun kebahagiaan orang lain. Dengan
sifat mudhita ini, manusia akan terhindar dari rasa iri hati,
dengki, dan kebencian terhadap sesamanya.
4.
Upeksa (toleransi).
Toleransi merupakan perbuatan luhur dalam agama Hindu yang berarti manusia
harus toleran dan senantiasa memperhatikan keadaan orang lain. Sedangkan
jiwanya dipenuhi dengan rasa kesetia kawanan, simpati terhadap sesamanya, dan
tidak menaruh rasa dendam terhadap orang yang bermaksud jahat kepadanya.
VIII. Tri Hita
Karana
Tri Hita Karana berasal dari kata tri yang berarti tiga, hita yang berarti
kebahagiaan, dan karana yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita
Karana dapat di artikan dengan tiga penyebab kebahagiaan. Tiga
penyebab kebahagian itu adalah:
1.
Hubungan baik manusia dengan Tuhan. Manusia merupakan ciptaan tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri
manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran tuhan yang menyebabkan
manusia tetap hidup. Oleh karena itu manusia wajib berterima kasih, berbakti,
dan selalu sujud kepadanya.
2.
Hubungan baik manusia dengan manusia. Manusia didunia ini tidak dapat hidup sendiri, mereka membutuhkan bantuan
dan kerja sama kepada orang lain. sehingga dikatakan dengan mahkluk sosial.
Karena itu hubungan antara sesama manusia baik perorangan, keluarga, dan
masyarakat harus selalu baik dan harmonis. Masyarakat yang aman dan damai akan
menciptakan negara yang tentram dan sejahtera.
3.
Hubungan baik manusia dengan
lingkungannya. Sebagai mahkluk hidup, manusia selalu
dipengaruhi oleh lingkungan, baik dari perkembangan maupun pertahanan diri
manusia tersebut. dengan demikian lingkungan harus dijaga dengan rapi dan
sehat, tdak menebang pohon sembarangan (illegal logging), pencemaran
udara, pencemaran air dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar