Responding
paper kelompok 2
Ajaran
Hindu Dharma tentang Ketuhanan
Agama Hindu
merupakan sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat Monoteisme, poleteisme, panenteisme, , panteisme, monisme dan ateisme Konsep ketuhanannya bersifat kompleks dan
bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan filsafat yang diikuti. Kadangkala agama Hindu
dikatakan bersifat henoteisme (melakukan pemujaan terhadap satu Tuhan, sekaligus mengakui keberadaan para dewa), namun
istilah-istilah demikian hanyalah suatu generalisasi berlebihan.
Mazhab Wedanta dan Nyaya menyatakan bahwa Karma itu sendiri telah membuktikan keberadaan
Tuhan. Nyaya merupakan suatu perguruan Logika sehingga
menarik kesimpulan "logis" bahwa [keberadaan] alam semesta hanyalah
suatu "akibat", maka pasti ada suatu "penyebab" di balik
semuanya.
Agama Hindu
mengandung suatu konsep filosofis yang disebut Brahman, yang sering didefinisikan sebagai kenyataan
sejati, esensi bagi segala hal, atau sukma alam semesta yang menjadi asal usul serta sandaran bagi
segala sesuatu dan fenomena. Tetapi, umat Hindu tidak menyembah Brahman
secara harfiah. Pada zaman Brahmanisme, Brahman adalah istilah yang disematkan bagi
suatu kekuatan yang membuat Yednya, (upacara) menjadi efektif, yaitu kekuatan
spiritual dari ucapan-ucapan suci yang dirapalkan para ahli Weda,
sehingga mereka disebut brahmana. Kadangkala, Brahman
dipandang sebagai Yang Mahamutlak atau Mahakuasa, atau asas ilahi bagi
segala materi,energy,ruang,waktu, benda dan sesuatu di dalam atau di luar alam semesta. Sebagai
hasil dari berbagai kontemplasi tentang Brahman, maka Ia dapat dipandang sebagai Tuhan
dengan atribut (saguna-Brahman),
Tuhan tanpa
atribut (Mirguna-Brahman), dan/atau Tuhan Mahakuasa (Parabrahman), tergantung mazhab dan aliran.
Mazhab dan
aliran Hindu-dualistis
seperti Dwaita dan tradisi Bhakti menyembah
Tuhan yang berkepribadian (memiliki guna atau "atribut ketuhanan", yaitu
supremasi dari sifat-sifat baik manusia seperti Maha-penyayang, Maha-pemurah,
Maha-pelindung, dan sebagainya), sehingga mereka memujanya dengan nama Wisnu,Siwa,Dewi,Dewata, Brata dan lain-lain, tergantung aliran masing-masing. Dalam
tradisi Hindu pada umumnya, Tuhan yang dipandang sebagai zat mahakuasa dengan
supremasi dari sifat baik manusia—daripada dianggap sebagai asas semesta yang
tak terbatas—disebut Iswara, Bhagawan, atau Parameswara. Meski
demikian, ada beragam penafsiran tentang Iswara, mulai dari keyakinan bahwa
Iswara sesungguhnya tiada—sebagaimana ajaran Mimamsa sampai
pengertian bahwa Brahman dan Iswara sesungguhnya tunggal, sebagaimana yang
diajarkan mazhab Adwaita. Dalam banyak tradisi Waisnawa Ia disebut
Wisnu, sedangkan kitab Waisnawa menyebutnya sebagai Kresna, dan
kadangkala menyebutnya Swayam, Bhagawan Sementara itu, dalam aliran Sakta, Ia
disebut Dewi atau Adiparasakti, sedangkan
dalam aliran Saiwa, Ia disebut Siwa. Ajaran Smrata yang monistis memandang
bahwa seluruh nama-nama ilahi seperti Wisnu, Siwa, Ganesa, Sakti, Surya dan Skanda sesungguhnya manifestasi dari Brahman yang Maha
Esa.
Mazhab Adwaita Wedanta menolak teisme dan dualism dengan menegaskan bahwa pada hakikatnya
Brahman tidak memiliki bagian atau atribut. Menurut mazhab ini, Tuhan yang
berkepribadian atau menyandang atribut tertentu adalah salah satu
fenomena maya, atau kekuatan ilusif Brahman. Pada hakikatnya,
Brahman tidak dapat dikatakan memiliki sifat-sifat kemanusiaan seperti
pelindung, penyayang, perawat, pengasih, dan sebagainya. Menurut mazhab ini,
pikiran manusia yang terperangkap maya menyebabkan Brahman
terbayangkan sebagai Tuhan dengan sifat atau atribut tertentu, yang dapat
disebut sebagai Iswara,
Bhagawan, Wisnu dan nama-nama lainnya. Mazhab ini
menegaskan bahwa tiada larangan untuk membayangkan Tuhan dengan sifat-sifat
tertentu, namun tujuan hidup sejati adalah untuk merasakan bahwa "sesuatu
yang nyata" dalam tiap makhluk sesungguhnya tiada berbeda dengan Brahman.
Mazhab Adwaita dapat dikatakan sebagai monism atau panteisme karena
meyakini bahwa alam semesta tidak sekadar berasal dari Brahman, namun pada
"hakikatnya" sama dengan Brahman.
Doktrin ateistis mendominasi
aliran Hindu seperti Samkhya dan Mimamsa Dalam kitab Samkhyapravachana Sachya dari aliran Samkhya dinyatakan bahwa keberadaan Tuhan
(Iswara) tidak dapat dibuktikan sehingga (keberadaan Tuhan) tidak dapat diakui.
Samkhya berpendapat bahwa Tuhan yang abadi tidak mungkin menjadi sumber bagi
dunia yang senantiasa berubah. Dikatakan bahwa Tuhan merupakan gagasan
metafisik yang dibuat untuk suatu keadaan. Pendukung dari
aliran Mimamsa yang berdasarkan pada ritual dan Otoproteksi menyatakan
bahwa tidak ada cukup bukti untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Aliran ini
berpendapat bahwa kita tidak perlu membuat postulat tentang suatu
"pencipta dunia", sebagaimana kita tidak perlu memikirkan siapa
penulis Weda atau
Tuhan apa yang dibuatkan upacara. Mimamsa menganggap
bahwa nama-nama Tuhan yang tertulis dalam Weda sebenarnya
tidak mengacu pada wujud apa pun di dunia nyata, dan hanya untuk
keperluan mantra belaka. Atas pemahaman tersebut, mantra itulah yang
sebenarnya merupakan "kekuatan Tuhan", sehingga Tuhan tiada lain
hanyalah kekuatan mantra belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar